Ini adalah cerita tentangku, tentang kehidupanku, tentang semuanya yang mungkin tidak pernah ada seorang pun yang akan tahu dan bisa memahamiku.
Aku seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri di kota Medan. Aku berumur 18 tahun. Namaku Adry (nama samaran). Kedatanganku ke kota Medan hanya sebatas untuk kuliah, jadi aku kos di sini karena memang aku tidak mempunyai keluarga atau sanak saudara di sini.
Aku berasal dari sebuah kota kecil di Propinsi Sumatera Barat. Dari sini pembaca pasti bisa tahu kalau aku adalah asli Minang. Aku terlahir sebagai anak ke-3 dari 5 bersaudara. Kehidupan masa kecilku kuhabiskan bersama seorang wanita terbaik di dunia menurutku, yaitu nenekku. Karena sehari-sehari aku tinggal dan diurus oleh nenek, maka segala seluk beluk kehidupan wanita menyita perhatianku. Dari semua tetek bengek alat-alat kewanitaan, sampai sifat-sifat wanita melekat erat dalam diriku.
Memang, dari dulu aku lebih tertarik untuk melakukan semua itu. Aku lebih memilih untuk bermain di rumah (tepatnya di dapur) ketimbang main kejar-kejaran bersama teman-teman sebayaku yang lain. Dan kalaupun aku bermain, mainan yang paling kusuka adalah selendang nenekku. Sebenarnya aku amat merasa tidak nyaman dengan keadaanku ini. Apalagi ketika aku harus menginjakkan kaki di tempat baru yang bernama sekolah. Aku takut untuk menghadapi orang-orang baru di luar sana yang bagiku mereka terasa begitu mengerikan.
Namun lama kelamaan, karena di TK aku punya prestasi yang lumayan, apalagi di bidang nyanyi dan menari, maka guruku memberikan perhatian lebih padaku. Begitu juga ketika aku masuk SD, banyak cacian yang aku terima, dan tak jarang semua itu membuatku menangis malu di sekolah. Namun lagi-lagi, prestasiku juga yang membuatku kembali mendapat perhatian lebih dari guru-guruku. Sejak kelas 2 SD aku sudah 'langganan' menjadi peserta lomba tari atau nyanyi antar sekolah. Selain itu prestasiku di bidang pelajaran juga tak kalah hebatnya. Dan prestasi tergemilangku semasa SD adalah ketika aku berhasil menjadi juara 3 pemilihan Murid Teladan tingkat kabupaten.
Namun semua itu menjadi sangat tak berguna ketika aku masuk SMP. Prestasiku boleh di bilang minim, padahal aku termasuk siswa yang rajin, tak pernah bolos dan selalu patuh pada peraturan. Namun, kembali ejekan-ejekan dan segala gelar buruk mereka sandangkan padaku. Mulai dari bencong, banci, BG (Bujang-Gadih dalam bahasa Minang) dan lain sebagainya. Kata-Kata itu selalu membuatku stres jika akan berangkat ke sekolah. Namun, lagi-lagi prestasiku di bidang nyanyi membuataku mendapat tempat di hati guru dan juga teman-teman wanitaku.
Memang, dalam pergaulan, teman wanitaku lebih banyak bila dibandingkan dengan teman laki-laki. Mungkin karena sifatku yang rada kemayu dan sensitif yang membuat mereka enggan dan kemudian menjauhiku. Bahkan, Afdil, seorang teman akrabku dari kecil menjauhiku gara-gara tidak tahan dengan gosip yang beredar di sekolah bahwa aku dan Afdil adalah sepasang homo. Tak jarang aku berlindung di balik punggung teman wanitaku bila aku diganggu oleh teman laki-laki yang nakal. Lucu memang, cowok berlindung sama cewek. Tapi itulah yang terjadi pada diriku.
Usia remaja yang mulai mendekat, membuatku merasakan apa yang dikatakan orang sebagai masa puber. Namun anehnya, yang kurasakan tidak kepada lawan jenisku yaitu cewek, namun aku lebih tertarik kepada teman cowokku. Aku suka memandangi wajah innocent Antoni, ketua kelasku di kelas satu SMP. Aku juga suka menghirup aroma wangi Erick, idola sekolah yang kebetulan sekelas denganku. Dan, aku juga sering membayangkan tubuh telanjang Pak Syarifudin, guru Fisika sekaligus juga wali kelasku. Semua itu kurasakan sebagai sebuah kenikmatan dalam hidupku, tanpa kusadari bahwa semua itu adalah aneh.
Memang aneh, bahkan ketika aku kelas 6 SD, aku suka melihat gambar-gambar porno yang ditawarkan oleh abangku, namun yang menarik perhatianku adalah bukan wanita bule dengan dada besar dan tubuh seksi, namun pandanganku selalu terpusat pada tubuh kekar dan wajah ganteng para model pria foto itu. Semuanya, kurasakan sebagai bagian dari hidupku. Dan, pada waktu kelas 6 SD itu pula, aku sudah melakukan ML pertama kali dengan cowok yaitu dengan abangku sendiri.
Pembaca pasti berpikir kalau abangku juga adalah penyuka sejenis sepertiku. Pembaca salah besar, abangku adalah seorang laki-laki tulen dan playboy. Pergaulannya keras dan khas laki-laki. Namun semua yang aku lakukan dengan abangku itu, berdasarkan literatur yang aku baca adalah merupakan salah satu bentuk sensasi masa puber yang terjadi pada anak-anak yang mulai beranjak remaja.
Kembali tentang aku, kehidupanku amat sangat tidak menyenangkan. Bahkan cacian tidak hanya datang dari orang lain, melainkan keluargaku sendiri juga sering mengejekku dengan kata-kata yang menyakitkan. Namun semua itu harus kulalui, karena bagaimanapun kata mereka, aku tetaplah aku. Aku adalah Adry yang suka membangkang, aku adalah Adry yang rajin bersekolah, aku adalah Adry yang disayangi nenekku, dan aku adalah Adry yang menyukai sesama jenis.
Tragis memang, hari-hariku juga tidak hanya dilalui dengan cacian, namun juga kemarahan dan pukulan dari orang tuaku yang merasa malu dengan tingkah lakuku. Bahkan Papaku mengharuskanku ikut klub olahraga milik temannya. Semua itu aku turuti hingga akupun ikut klub senam lantai yang diadakan teman Papaku itu.
Seperti halnya sifatku yang tidak mau setengah-setengah, maka kegiatan di klub itupun aku ikuti dengan sepenuh hati. Aku ingin menunjukkan bahwa aku juga bisa menjadi seperti yang mereka inginkan. Saking giatnya berlatih dan dengan perkembangan yang aku tunjukkan, maka namaku terdaftar sebagai salah seorang atlet senam lantai yang akan berlaga di arena PORDA di daerahku.
Namun, ternyata dunia olahraga bukanlah duniaku. Karena debu yang ditimbulkan dari matras latihan dan juga karena sering pulang latihan malam, penyakit pun menderaku. Tubuhku lemas dan batukku membuat dadaku serasa mau pecah. Akhirnya impian itu menjadi atlet pun kandas sudah. Mama tidak lagi mengizinkanku latihan.
Semenjak itu, karena tak lagi latihan maka waktuku lebih banyak di rumah. Dan kembali perhatianku tercurah pada urusan kewanitaan. Hari-Hari yang kuhabiskan di kamar, membuat lamunanku pun terbang melayang jauh. Dan bayangan-bayangan nakalpun tak jarang mengikutiku. Bayangan wajah Antoni sering membuatku ngaceng. Bayangan wajah tampan, tubuh tinggi dan aroma harum Erick membuatku selalu berkhayal suatu saat nanti aku dapat memeluknya dan merasakan kenikmatan bersamanya. Juga bayangan tubuh Pak Syarifudin sering membuatku memutuskan untuk onani, menyalurkan hasratku yang terpendam dengan mengocok kontolku sendiri sampai akhirnya tubuhku mengejang dan cairan putih kental melesat keluar dari alat kelaminku yang berukuran biasa itu.
Semuanya terasa sangat indah dalam pikiranku. Onani adalah kegiatan rutinku setiap hari. Tak jarang aku onani samapai 3-4 kali sehari. Itulah cara pelampiasan emosiku selama ini. Dalam fantasiku itu, aku selalu memposisikan diriku sebagai wanita beruntung yang bisa merasakan kenikmatan dan kehangatan dari pria-pria gagah yang aku contohkan tadi. Oh.., sungguh indah.
Semua itu berlanjut terus setiap hari. Tak ada hari tanpa onani. Lucunya lagi, aku sering membuat daftar nama cowok-cowok yang menurut pendapatku lumayan cakep di sekolah dan kuberi 'kesempatan' pada nama-nama itu untuk ikut melayang bersama fantasi seksku. Caranya, aku mengingat wajah orang-orang yang ada dalam daftar namaku itu. Kubayangkan bagaimana kalau seandainya dia berdiri dengan keadaan telanjang di depanku. Dengan kontol besar, panjang, berbulu dan tegang menantang di hadapanku. Kubayangkan wajah-wajah cute mereka yang sedang memelas menahan nafsu, memintaku agar mendekat dan mengulum serta mengocok kontol mereka.
Kubayangkan desahan-desahan dan racauan-racauan dari mulut mereka yang merasa kenikmatan karena permainanku. Juga kubayangkan bagaimana akhirnya tubuh mereka mengejang, dan mereka melenguh karena kontol mereka telah mencapai klimaksnya dan kubayangkan betapa banyak dan kental serta nikmatnya air mani yang keluar dari kontol perkasa mereka. Dan jika sudah demikian, akhirnya akupun ikut mengerang dan melenguh melepaskan kenikmatan yang tertahan, dan memuncratkan mani dari kontolku yang sudah kukocok. Oh.. nikmatnya..
Juga tak lupa nama-nama artis cowok keren dan beken yang menurut imajinasiku akan indah bila bermain bersamaku, kubuatkan daftar nama yang sama dengan daftar nama cowok-cowok cakep di sekolahku. Nama-Nama Indra Brugman, Bertrand Antolin, dan nama-nama top lainnya selalu membuatku terangsang dan ingin segera onani. Aku juga melakukan hal yang sama atas nama-nama itu. Aku bayangkan semua yang juga kubayangkan pada nama-nama teman-temanku tadi. Dan ternyata, semua terasa begitu indah.